Bahan Bacaan : Amsal 10:9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.

Penjelasan Materi : Guys, integritas itu ibarat fondasi buat bangunan iman kita. Tanpa integritas, semua yang kita lakukan bakal goyah. Singkatnya, integritas berarti hidup yang selaras antara perkataan, perbuatan, dan iman kita. Jadi, kalau kita bilang percaya Yesus, hidup kita juga harus menunjukkan kasih, kejujuran, dan ketulusan. Ayat dalam Amsal 10:9 ini menekankan bahwa orang yang hidup dengan integritas punya hidup yang aman. Sementara mereka yang sering berbohong atau berbuat licik, cepat atau lambat, akan kelihatan juga.

Contoh sederhananya begini nih : • Kalau kamu bilang “kamu bisa dipercaya,” ya jangan suka ingkar janji atau ngomong di belakang. • Kalau kamu bilang “suka bantu,” ya jangan pilih-pilih hanya bantu orang yang kamu kenal saja. Intinya, Integritas bikin orang lain percaya sama kita, karena apa yang mereka lihat sama dengan apa yang kita katakan. Dan ini menunjukkan kalau Roh Kudus sungguh sungguh bekerja dalam hidup kita! Di zaman sekarang, gampang banget buat tampil “baik” atau “ramah” di sosial media. Tapi integritas lebih dari sekadar pencitraan. Integritas itu soal karakter kita di balik layar, waktu gak ada yang lihat, dan waktu kita gak perlu jaga image. Integritas itu tentang siapa kita sebenarnya.

Amsal 11:3 Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tulus akan dibimbing oleh karakter yang jujur dan bersih. Di sisi lain, ketidakjujuran akan merusak karakter kita sendiri. Pertanyaannya, Apa kamu tetap jujur meskipun gak ada yang tahu? Apa kamu tetap bersikap baik walaupun orang lain gak selalu memperhatikan? Roh Kudus bukan cuma bantu kita berubah dari luar aja, tapi dari dalam. Integritas lahir dari hubungan yang intim dengan Tuhan. Jadi, jangan cuma fokus tampil baik di luar; tapi biarkan Roh Kudus bentuk karakter yang asli dari dalam.

Guys, kita semua tahu, jaga integritas itu gak gampang, terutama di dunia yang banyak godaan buat kompromi. Dunia sering bilang, “Gak apa-apa bohong dikit, asal gak ketahuan.” Tapi, sebagai anak Tuhan, kita punya standar yang lebih tinggi.

Kolose 3:23-24 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa pun yang kita lakukan, kita melakukannya bukan untuk manusia, tapi untuk Tuhan. Dengan cara ini, kita lebih termotivasi buat menjaga integritas meskipun kadang gak ada yang lihat.

Misalnya: • Kamu diminta untuk jujur dalam ujian atau tugas, bahkan kalau teman-teman lain nyontek. • Kamu menghindari gossip dan gak ikut menyebarkan info tentang orang lain, meskipun menarik buat dibahas. Roh Kudus bantu kita untuk tetap teguh waktu ada di tengah godaan dan tetap kuat meskipun gak ada yang dukung. Jadikan tantangan-tantangan ini sebagai momen latihan buat terus membangun integritas. Makin sering kita jujur dan bertanggung jawab, makin kuat karakter kita.

Bahan Diskusi: 1. Apa contoh sederhana dari integritas yang pernah kalian lakukan, dan gimana perasaan kalian setelah melakukannya? 2. Tantangan apa yang paling sulit kalian hadapi dalam menjaga integritas di sekolah, kampus, atau lingkungan sehari-hari?

Bahan Bacaan : Kis 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Penjelasan Materi : Guys, Kalian mungkin sering dengar tentang “berbahasa roh” atau “speaking in tongues.” Nah, bahasa roh adalah tanda awal kalau seseorang dipenuhi Roh Kudus. Tapi, kenapa sih penting? Karena saat kita berbahasa roh, roh kita yang langsung berkomunikasi dengan Tuhan. Bahkan pada saat bahasa doa kita terbatas, maka dengan berbahasa roh kita tetap bisa berdoa

Coba lihat manfaatnya ketika kita berbahasa roh: 1. Bahasa roh bikin kita lebih peka sama Tuhan. 2. Saat kita gak tahu harus berdoa apa, Roh Kudus bantu kita (Roma 8:26). 3. Ini bikin kita makin berani dan lebih percaya diri dalam iman. Ingat ya guys, sekali lagi nih, berbahasa roh merupakan tanda awal dari kehidupan kita yang dipenuhi Roh Kudus.Jadi kita musti ingat, kalau kita dipenuhi Roh Kudus, hidup kita bakal terlihat beda. Tanda paling jelas adalah buah Roh! Apa itu? Buah Roh adalah sifat atau karakter yang dimunculkan oleh Roh Kudus dalam diri kita, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan sebagainya (Galatia 5:22-23).

Dalam kehidupan sehari-hari begini contohnya: • Kasih: Kalian sayangin orang lain tanpa mengharap balasan. • Sukacita: Meskipun lagi susah, kalian tetap bisa bersyukur dan gak kehilangan senyum. • Kesabaran: Kalian bisa sabar sama orang lain walaupun mereka kadang bikin gregetan. Kalau buah Roh ini keliatan di hidup kita, orang lain juga akan lihat ada sesuatu yang beda. Ini juga bukti kalau Roh Kudus bekerja dalam hati kita!

Bahan Diskusi: 1. Apa arti berbahasa roh buat kalian, dan apakah kalian pernah punya pengalaman pribadi dengan bahasa roh? 2. Dari buah Roh (kasih, sukacita, damai, kesabaran, dll.), mana yang menurut kalian paling sulit, dan gimana cara kalian bisa bertumbuh di area itu?

Bahan Bacaan : Yakobus 3 : 2 "Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.."

Penjelasan Materi : Guys, Perkataan adalah hal yang begitu kuat dan tajam. Alkitab banyak berbicara mengenai kuasa perkataan dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kata-kata kita. Di zaman sekarang, anak muda sangat mudah terjebak dalam berbagai jenis perkataan yang negatif, baik itu gossip, fitnah, ujaran kebencian, atau bahkan sekadar perkataan sembrono yang sebenarnya bisa melukai orang lain. Mari kita akan belajar bagaimana menghindari jerat dari perkataan yang salah dan menjadi berkat melalui kata-kata kita :

1. Sadari Kuasa dari Perkataan (Amsal 18:21) Ayat ini mengajarkan kita, bahwa perkataan diibaratkan memiliki kuasa atas hidup dan mati. Ini menunjukkan bahwa setiap kata yang kita ucapkan membawa dampak yang besar, baik bagi diri kita maupun orang lain. Ketika kita tidak menyadari kuasa dari perkataan kita, kita mudah terbawa dalam godaan untuk berbicara sembarangan, apalagi saat dipicu oleh emosi sesaat. Latih diri untuk berpikir sebelum berbicara. Saat tergoda untuk mengatakan sesuatu yang kurang pantas, tanyakan kepada diri sendiri: "Apakah perkataan ini mendatangkan kehidupan atau kematian?" Dengan begitu, kita bisa melatih kebiasaan berbicara yang membangun. Dan menyadari kuasa dari perkataan adalah bagian dari meneladani sifat Allah, yang menciptakan dunia ini melalui firman-Nya (Kejadian 1:3). Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, kita juga dipanggil untuk menggunakan perkataan kita dengan bijaksana, sebagai cerminan dari kebenaran dan kasih Allah.

2. Hindari Perkataan yang Tidak Membangun (Efesus 4:29) : Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Efesus untuk menggunakan perkataan yang membangun, bukan perkataan kotor atau yang menjatuhkan. Saat ini, sangat mudah untuk terjebak dalam percakapan yang tidak membangun, apalagi di media sosial, di mana banyak orang cenderung melontarkan komentar yang negatif. Perkataan yang membangun adalah wujud kasih dalam tindakan, sesuai dengan ajaran Yesus untuk mengasihi sesama. Menggunakan perkataan yang positif berarti kita menebar kasih karunia kepada orang lain dan menjadi alat Tuhan untuk membawa penghiburan, kekuatan, dan inspirasi. Dan satu hal harus kita sadari, Perkataan adalah seperti tanaman. Jika kita menanam benih yang baik, tanaman itu akan tumbuh dan memberi manfaat. Namun, jika kita menabur benih yang buruk, hanya duri yang akan tumbuh. Perkataan kita akan menentukan buah yang kita hasilkan dalam kehidupan orang lain.

3. Kendalikan Emosi Sebelum Berbicara (Yakobus 1:19) : Yakobus menekankan pentingnya mengendalikan emosi, terutama kemarahan, sebelum kita berbicara. Sering kali, perkataan yang salah keluar karena kita terbawa emosi tanpa berpikir panjang. Anak muda perlu belajar untuk menahan diri dan meredam amarah, agar perkataan yang keluar dapat menjadi berkat, bukan kutuk. Mengendalikan emosi adalah tanda pertumbuhan rohani. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menahan diri (Galatia 5:22-23). Dengan mengendalikan diri, kita menunjukkan buah roh dalam hidup kita dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Bayangkan emosi kita seperti api yang dapat membakar hutan dalam sekejap. Perkataan yang keluar saat kita emosi seperti percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran besar. Namun, jika kita mengendalikan api itu, maka kita dapat menggunakannya untuk hal-hal yang baik, seperti memberi kehangatan dan penerangan.

Guys, Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang besar, dan sebagai anak muda yang ingin menjadi berkat, kita harus bijak dalam berbicara. Jangan sampai perkataan kita menjadi jerat yang menjerumuskan kita atau orang lain ke dalam dosa. Melalui pelajaran saat ini, kita bisa menjaga hati dan lidah kita sesuai dengan ajaran Kristus, menjadikan perkataan kita sebagai alat kasih dan berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Amin.

Bahan Diskusi: (1) Apakah ada situasi atau kebiasaan dalam hidup saya di mana saya cenderung mengucapkan kata-kata yang negatif atau kurang membangun? Bagaimana saya bisa mulai mengubah kebiasaan ini agar perkataan saya menjadi berkat bagi orang lain? (2) Ketika saya merasa marah atau kecewa, apa yang biasanya saya lakukan sebelum berbicara? Langkah langkah apa yang bisa saya ambil untuk memastikan bahwa perkataan saya tetap penuh kasih, bahkan saat emosi saya sedang memuncak? (HE)

Bahan Bacaan : Amsal 18 : 21 "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.."

Penjelasan Materi : Guys, dalam dunia yang dipenuhi ujaran negatif, konflik, dan pesimisme, kita sering lupa bahwa sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan. Salah satu cara termudah namun paling berpengaruh untuk mengubah dunia adalah dengan perkataan yang kita ucapkan. Perkataan yang membangun dan menguatkan memiliki kuasa untuk mengubah hati, menghidupkan harapan, dan menyebarkan kebaikan yang berdampak: 1. Perkatakan Kebenaran dengan Kasih (Yohanes 8:7-11) Ayat ini mengajarkan kita, bahwa Yesus sendiri memberikan contoh bagaimana menyampaikan kebenaran dengan kasih. Yesus tidak langsung menghukum perempuan yang tertangkap basah berzinah, tetapi Ia terlebih dahulu menempatkan kasih dan pengertian. Dengan kasih, kebenaran bisa diterima dan menghasilkan perubahan. Sama seperti seorang dokter yang memberikan obat kepada pasien, kita harus berhati-hati dalam menuturkan kebenaran agar dapat diterima dan menyembuhkan, bukan menyakiti. Sebagai anak muda, setiap perkataan kita hendaknya penuh kasih, terutama ketika kita menegur atau menyampaikan nasihat kepada teman-teman

2. Perkataan yang Membangkitkan Pengharapan (Ibrani 11:1) : Pengharapan adalah inti dari iman Kristen. Dalam ayat ini, iman dijelaskan sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan." Maka dari itu, perkataan kita sebagai orang percaya haruslah membangkitkan iman dan pengharapan di tengah keputusasaan. Perkataan yang membangkitkan pengharapan seperti sebuah lilin yang menyala di ruangan gelap. Meski hanya satu lilin, namun ruangan tersebut akan tetap memiliki cahaya. Sebagai anak muda, kita bisa menggunakan perkataan positif kepada teman yang sedang menghadapi tantangan untuk membangkitkan harapan dalam hidup mereka, seperti dalam Yeremia 29:11.

3. Perkatakan Berkat, Bukan Kutuk (Mazmur 34:14-15) : Allah memanggil kita untuk menjadi berkat bagi sesama. Dalam Perjanjian Lama, kita melihat betapa besar kuasa berkat yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya, seperti Ishak kepada Yakub dan Yakub kepada kedua belas anaknya. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk memberkati, bukan mengutuk. Perkataan berkat adalah seperti seorang petani yang menabur benih yang baik di ladangnya. Ketika kita mengucapkan perkataan berkat, kita seperti menanam benih yang kelak akan berbuah dalam kehidupan orang lain. Anak muda seringkali mengabaikan kuasa berkat dan kutuk dalam perkataan, namun melalui ucapan yang baik, kita dapat menumbuhkan sesuatu yang baik dalam kehidupan teman, keluarga, dan bahkan orang asing.

Guys, Mengubah dunia bisa dimulai dari hal yang sederhana, yaitu dengan perkataan kita. Setiap perkataan yang menguatkan dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk lebih dekat dengan Tuhan, membangun karakter positif, dan menabur kebaikan di dunia ini. Sebagai anak muda yang dipanggil untuk menjadi terang dunia, marilah kita memulai perubahan itu dari perkataan yang kita ucapkan setiap hari. Amin.

Bahan Diskusi: (1) Bagaimana kamu biasanya merespons atau berbicara ketika melihat teman atau orang lain sedang mengalami kesulitan? Apakah perkataan kamu lebih cenderung membangun atau justru membuat mereka semakin terpuruk? (2) Pernahkah kamu merasakan dampak positif dari perkataan seseorang yang menguatkan pribadi kamu? Bagaimana kamu bisa menjadi pribadi yang memberikan dampak serupa melalui perkataan sehari-hari? (HE)

Ayat Bacaan: Yesaya 60:1 “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”

Pendahuluan: Natal adalah perayaan kedatangan Yesus, Sang Terang Dunia, ke dalam dunia yang gelap. Kehadiran-Nya membawa harapan, pembaruan, dan panggilan bagi umat-Nya untuk hidup sebagai terang. Pada perayaan Natal tahun 2024, Tahun Untuk Bangkit Jadi Terang, umat Tuhan dipanggil untuk bangkit dari kegelapan dosa dan memancarkan terang Kristus di tengah dunia. Bagaimana kita memaknai hal ini di masa Natal?

1. Kita harus bangkit dengan Kuasa Roh Kudus “Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yesaya 60:2) Dunia penuh dengan kegelapan dosa, kekacauan, dan ketidakpastian, tetapi Natal mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus datang sebagai terang untuk membawa kita kepada kebebasan dari dari kegelapan itu. Kita dipanggil untuk bangkit dari kehidupan lama dan menerima kehidupan baru dalam Kristus. Bangkit berarti meninggalkan kebiasaan lama dan hidup dalam ketaatan kepada Kristus. Kuasa Roh Kudus memungkinkan kita untuk bangkit dari dosa. Melalui baptisan Roh Kudus, kita diberdayakan untuk hidup dalam kemenangan dan kekudusan. Jika masih dari antara anggota COOL yang terikat oleh dosa, Natal adalah momen untuk bertobat dan bangkit.

2. Kita harus memancarkan Terang Kemuliaan Tuhan Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. (Yesaya 60:3) Terang Kristus tidak hanya untuk kita nikmati sendiri, melainkan harus dipancarkan kepada dunia. Kita adalah cermin kemuliaan Tuhan bagi orang lain. Ketika Kristus tinggal dalam kita, hidup kita menjadi saksi-Nya. Jadilah terang di lingkungan kita: melalui kasih, perkataan, dan tindakan yang memuliakan Tuhan. Dengan kuasa Roh Kudus, kita dapat memancarkan terang Kristus melalui pelayanan, doa, dan manifestasi karunia-karunia Roh yang membawa dampak nyata dalam kehidupan orang lain. Milikilah keberanian untuk bersaksi tentang Yesus, terutama di masa Natal, ketika banyak orang membuka hati untuk mendengar tentang-Nya.

3. Membawa bangsa-bangsa dan raja-raja kepada Terang “Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. (Yesaya 60:3) Natal adalah awal dari misi Yesus untuk menyelamatkan dunia. Sebagai umat Nya, kita dipanggil untuk melanjutkan misi itu dengan membawa terang Kristus kepada bangsa-bangsa. Semangat misi insan Pentakosta adalah membawa terang Kristus ke seluruh dunia. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi-Nya hingga ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Dunia sedang menantikan terang yang sejati, dan terang itu ada dalam Yesus yang hidup melalui kita. Dukung misi penginjilan lokal dan global melalui doa, dukungan finansial, atau keterlibatan langsung serta jadilah terang bagi orang orang di sekitar Anda yang belum mengenal Kristus.

Penutup: Natal bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga panggilan untuk bangkit menjadi terang. Perayaan Natal di Tahun Untuk Bangkit Jadi Teranglah, mengajarkan kita untuk: Bangkit dengan kuasa Roh Kudus; memancarkan terang kemuliaan Tuhan danmembawa bangsa-bangsa dan raja-raja kepada terang. Amin (DL)

Ayat Bacaan: Kolose 3:1-2 “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Pendahuluan: Tema Natal 2024 dari keluarga besar GBI Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta adalah: “Pikirkanlah Perkara yang di Atas” yang terambil dari teks Kolose 3:1-4. Sebagai orang percaya yang telah dibangkitkan bersama Kristus, kita dipanggil untuk memikirkan perkara yang di atas. Artinya, fokus hidup kita harus tertuju kepada Allah, bukan semata pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara. Roh Kudus memimpin hidup kita untuk mengutamakan Kerajaan Allah. Pada kesempatan ini, paling tidak kita akan merenungkan 3 aspek dalam memikirkan perkara yang di atas, yakni: Bahan Sharing:

1. Hanya mereka yang sudah lahir baru yang dapat memikirkan perkara yang di atas. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas...” (Kolose 3:1a) "Dibangkitkan bersama Kristus" menunjukkan bahwa kita memiliki identitas baru sebagai anak-anak Allah. Kita tidak lagi hidup seperti manusia lama yang dikuasai dosa. Sebab kita telah dibenarkan, dikuduskan dengan Darah Kristus yang mahal, kita dipenuhi Roh Kudus, sehingga memiliki kuasa untuk hidup bagi Tuhan dan mencari perkara rohani, bukan duniawi. Dengan pertolongan Roh Kudus kita meninggalkan kebiasaan lama yang bertentangan dengan Firman Tuhan, fokus pada kehendak Tuhan, meminta pimpinan Roh Kudus dalam doa dan Firman. Roh Kudus juga memampukan kita untuk memiliki rasa haus dan lapar akan hal-hal yang rohani, seperti doa, penyembahan, dan bersaksi memberitakan Injil. Hidup kita diarahkan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan.

2. Berfokus pada kekekalan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3:2) Memikirkan perkara di atas berarti mengarahkan fokus pikiran kita kepada hal hal yang kekal, seperti karakter Kristus, kehendak Tuhan, dan kehidupan di surga. Hal-hal yang bersifat duniawi seperti kekayaan, jabatan, atau kesenangan sementara tidak boleh menguasai hati dan pikiran kita. Itu sebabnya kita harus menyaring pikiran kita dengan Firman Tuhan; merenungkan hal-hal yang benar, mulia, dan adil (Filipi 4:8). Dengan pertolongan Roh Kudus kita berupaya sekuat tenaga untuk tidak membiarkan kekhawatiran duniawi menguasai kita. Sebaliknya berfokus kepada janji-janji Tuhan yang pasti. Roh Kudus memberikan pikiran Kristus kepada kita, sehingga kita dapat menang atas godaan duniawi. Berbicara dalam bahasa roh atau berdoa dalam Roh adalah salah satu cara untuk menyelaraskan pikiran kita dengan kehendak Allah.

3. Hidup memuliakan Allah “Kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” (Kolose 3:3) Memikirkan perkara di atas tidak hanya tentang pikiran, tetapi juga tentang tindakan. Hidup kita haruslah hidup yang memuliakan Tuhan. Kita dipanggil untuk mematikan kedagingan (Kolose 3:5-9) dan mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut gambar Allah (Kolose 3:10). Miliki pola hidup yang kudus dalam perkataan, tindakan, dan hubungan dengan orang lain. Serta menjadi saksi Kristus di tempat kerja, sekolah, atau keluarga (Everyone). Hidup dipenuhi Roh Kudus menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22-23). Dengan kuasa Roh Kudus, kita diberdayakan untuk bangkit dan menjadi terang dan garam di dunia, membawa perubahan yang signifikan di sekitar kita.

Penutup: Marilah kita memikirkan perkara yang di atas. Hanya mereka yang sudah lahir baru yang memikirkan dan mengejar kekekalan, perkara-perkara yang rohani serta hidup memuliakan Allah. (DL)

Pendahuluan: Kekristenan memiliki banyak aliran (mazhab), antara lain: Protestan, Injili, Reform, Ortodox, Baptis, Advent, Pentakosta, Karismatik, Neo Karismatik, dan lainnya. Dimana tiap-tiap aliran memiliki ciri khasnya masing-masing. Jika berbicara tentang doktrin utama yang mencakup doktrin tentang Allah, Kristus, Keselamatan dan Alkitab tentu kita memiliki kesamaan. Namun terkait dengan doktrin lainnya, ada sedikit perbedaan disana-sini. Perbedaan itu bukan sebagai pemisah melainkan yang memberikan kekhasan dari masing-masing aliran.

Sayangnya, tidak sedikit yang menekankan kepada perbedaan, sehingga menimbulkan saling serang antara yang satu dengan yang lainnya. Sampai kapan pun, jika kita memandang ajaran aliran lain dengan kacamatanya sendiri tentu tidak akan pernah memiliki titik temu.

Bahan Sharing: Kita adalah Insan Pentakosta. Pentakosta sudah ada sejak tahun 33 Masehi, ketika Roh Kudus dicurahkan di kamar loteng Yerusalem pada hari Pentakosta yang sekaligus menandakan hari lahirnya gereja. Kesempatan hari ini kita akan membahas 3 (tiga) ciri khusus dari insan pentakosta, yaitu:

1. Dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh. “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kisah Para Rasul 2:1-4) Bahasa roh adalah bukti awal, artinya bahasa roh adalah pembuktian yang pertama kali untuk mengkonfirmasi apakah kita sudah dibaptis Roh Kudus atau belum. Jadi ketika seseorang berkata bahwa ia sudah dibaptis/dipenuhi Roh Kudus, namun belum berbahasa roh, artinya belum dipenuhi roh kudus!

2. Menekankan bahasa roh dan manifestasi karunia roh lainnya Berbahasa roh bukan hanya pada saat dibaptis Roh Kudus saja, tapi juga berlanjut terus menerus. Rasul Paulus berkata,” Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.” (1 Korintus 14:18). Kata “lebih” yang dimaksudkan oleh Paulus adalah lebih secara intensitas, bukan lebih secara jumlah bahasa (dialek). Selain menekankan berbahasa roh, juga bergerak dalam Kuasa Roh Kudus. Dalam hal ini Tuhan menyertai dengan manifestasi karunia roh seperti yang dia berikan kepada masing-masing kita sesuai dengan kehendak Roh Kudus. Kisah Para Rasul 4:33 “Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.”

Ibrani 2:4 “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, yang dibagi-bagikan Nya menurut kehendak-Nya.”

3. Bergerak menyelesaikan Amanat Agung. Pencurahan Roh Kudus terkait erat dengan penyelesaian Amanat Agung. Bahkan, Tuhan Yesus memberikan kepada kita Roh Kudus agar kita bergerak dengan kuasa Tuhan untuk menjadi saksi-Nya ke seluruh dunia.

Kisah Para Rasul 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dipenuhi Roh Kudus untuk menjadi saksi, untuk menjangkau setiap orang (Everyone).

Kisah Para Rasul 8:1, 4 “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. …Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”

Penutup: Kita adalah INSAN PENTAKOSTA, artinya kita dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh, menekankan bahasa roh dan manifestasi karunia roh lainnya dan artinya kita tergerak dan bergerak untuk memberitakan injil. Everyone! Harvest Now! (DL)

Isaiah 60:1 “Arise, be light, for your light comes, and the glory of the LORD rises upon you.” Introduction: Christmas is a celebration of the arrival of Jesus, the Light of the World, into a dark world. His presence brings hope, renewal, and a call for His people to live as light. In the celebration of Christmas 2024, the Year to Rise to Light, God's people are called to rise from the darkness of sin and shine the light of Christ in the world. How do we interpret this at Christmas?

1. We must rise with the Power of the Holy Spirit “For behold, darkness covers the earth, and gloom covers the nations; but the light of the LORD rose upon you, and his glory became manifest over you.” (Isaiah 60:2) The world is full of the darkness of sin, chaos, and uncertainty, but Christmas reminds us that the Lord Jesus came as light to bring us freedom from that darkness. We are called to rise from our old life and receive a new life in Christ. To rise means to leave behind old habits and live in obedience to Christ. The power of the Holy Spirit enables us to rise from sin. Through the baptism of the Holy Spirit, we are empowered to live in victory and holiness. If there are still COOL members who are bound by sin, Christmas is a moment to repent and rise.

2. We must radiate the Light of God's Glory Nations will flock to your light, and kings to your brightness. (Isaiah 60:3) The light of Christ is not only for us to enjoy ourselves, but must be radiated to the world. We are a reflection of God's glory for others. When Christ lives in us, our lives become His witnesses.

Be a light in our environment: through love, words, and actions that glorify God. With the power of the Holy Spirit, we can radiate the light of Christ through service, prayer, and the manifestation of the gifts of the Spirit that have a real impact on the lives of others. Have the courage to testify about Jesus, especially during Christmas, when many people open their hearts to hear about Him.

3. Bringing nations and kings to the Light “Nations will flock to your light, and kings to your brightness. (Isaiah 60:3) Christmas is the beginning of Jesus' mission to save the world. As His people, we are called to continue that mission by bringing the light of Christ to the nations. The spirit of the mission of Pentecostals is to bring the light of Christ to the whole world. The Holy Spirit gives us the power to be His witnesses to the ends of the earth (Acts 1:8). The world is waiting for true light, and that light is in Jesus who lives through us. Support local and global evangelistic missions through prayer, financial support, or direct involvement and be a light to those around you who don't yet know Christ.

Closing: Christmas is not just about celebration, but also a call to rise to the light. The Christmas celebration in the Year to Rise to Be Light, teaches us to: Rise with the power of the Holy Spirit; shining the light of God's glory and bringing nations and kings to light. Amen (DL)

Reading Verse: Colossians 3:1-2 “Therefore, if you have been raised with Christ, seek the things above, where Christ is, seated at the right hand of God. Set your minds on the things above, not on the things on earth.”

Introduction: The theme of Christmas 2024 from the extended family of GBI Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta is: “Set Your Mind on the Things Above” which is taken from the text Colossians 3:1-4. As believers who have been raised with Christ, we are called to set our minds on the things above. This means that the focus of our lives must be on God, not merely on temporary worldly things. The Holy Spirit leads our lives to prioritize the Kingdom of God. On this occasion, we will at least reflect on 3 aspects in thinking about the things above, namely:

Sharing Material: 1. Only those who have been born again can think about the things above. “Therefore, if you have been raised with Christ, seek the things above...” (Colossians 3:1a) “Raised with Christ” shows that we have a new identity as children of God. We no longer live like the old man who is controlled by sin. Because we have been justified, sanctified by the precious Blood of Christ, we are filled with the Holy Spirit, so that we have the power to live for God and seek spiritual things, not worldly things. With the help of the Holy Spirit we leave old habits that are contrary to the Word of God, focus on the will of God, ask for the guidance of the Holy Spirit in prayer and the Word. The Holy Spirit also enables us to have a thirst and hunger for spiritual things, such as prayer, worship, and witnessing to proclaim the gospel. Our lives are directed to do things that please God.

2. Focus on eternity “Set your minds on things above, not on things on earth.” (Colossians 3:2) Setting our minds on things above means directing our minds to eternal things, such as the character of Christ, God’s will, and life in heaven. Worldly things such as wealth, position, or temporary pleasures should not dominate our hearts and minds. That is why we must filter our thoughts with God’s Word; meditating on things that are true, noble, and just (Philippians 4:8). With the help of the Holy Spirit, we strive hard not to let worldly concerns dominate us. Instead, we focus on God’s sure promises. The Holy Spirit gives us the mind of Christ, so that we can overcome worldly temptations. Speaking in tongues or praying in the Spirit is one way to align our minds with God’s will.

3. Living a life that glorifies God “You have died, and your life is hidden with Christ in God.” (Colossians 3:3) Setting our minds on things above is not just about thoughts, but also about actions. Our life must be a life that glorifies God. We are called to put to death the flesh (Colossians 3:5-9) and put on the new self created in the image of God (Colossians 3:10). Have a holy lifestyle in words, actions, and relationships with others. As well as being a witness for Christ at work, school, or family (Everyone). A life filled with the Holy Spirit produces the fruit of the Spirit (Galatians 5:22-23). With the power of the Holy Spirit, we are empowered to rise up and be light and salt in the world, bringing significant change around us.

Closing: Let us think about the matter above. Only those who have been born again think about and pursue eternity, spiritual matters and live a life that glorifies God. (DL)

Introduction: Christianity has many schools of thought, including: Protestant, Evangelical, Reformed, Orthodox, Baptist, Adventist, Pentecostal, Charismatic, Neo Charismatic, and others. Where each school of thought has its own characteristics.

If we talk about the main doctrines that include the doctrines of God, Christ, Salvation and the Bible, of course we have similarities. However, regarding other doctrines, there are slight differences here and there. The differences are not as a separator but rather what gives the uniqueness of each school of thought. Unfortunately, not a few emphasize the differences, thus causing mutual attacks between one and the other. Until whenever, if we view the teachings of other schools of thought through their own glasses, of course we will never have a meeting point.

Sharing Material: We are Pentecostals. Pentecostals have existed since 33 AD, when the Holy Spirit was poured out in the attic room in Jerusalem on the day of Pentecost, which also marked the birth of the church.

Today we will discuss 3 (three) special characteristics of Pentecostals, namely: 1. Baptized in the Holy Spirit with the initial sign of speaking in tongues. “When the day of Pentecost had come, all the believers were together in one place. Suddenly there came a sound from heaven like a rushing mighty wind, and it filled the whole house where they were sitting. And tongues like fire appeared to them, scattered and resting on each of them. And they were all filled with the Holy Spirit, and began to speak in other languages, as the Spirit gave them utterance.” (Acts 2:1-4) Tongues is the initial evidence, meaning that tongues are the first proof to confirm whether we have been baptized in the Holy Spirit or not. So when someone says that he has been baptized/filled with the Holy Spirit, but has not spoken in tongues, it means that he has not been filled with the Holy Spirit!

2. Emphasize speaking in tongues and other manifestations of spiritual gifts Speaking in tongues is not only at the time of baptism in the Holy Spirit, but also continues continuously. The Apostle Paul said, "I thank God that I speak in tongues more than all of you." (1 Corinthians 14:18). The word "more" meant by Paul is more in intensity, not more in the number of languages (dialects). In addition to emphasizing speaking in tongues, also moving in the Power of the Holy Spirit. In this case God accompanies with the manifestation of spiritual gifts as he gives to each of us according to the will of the Holy Spirit. Acts 4:33 "And with great power the apostles gave testimony to the resurrection of the Lord Jesus, and abundant grace was upon them all." Hebrews 2:4 "God also bearing witness with signs and wonders and with various manifestations of power and gifts of the Holy Spirit, distributed according to his will."

3. Moving to complete the Great Commission. The outpouring of the Holy Spirit is closely related to the completion of the Great Commission. In fact, the Lord Jesus gave us the Holy Spirit so that we can move with God's power to be His witnesses to the whole world.

Acts 1:8 But you will receive power when the Holy Spirit comes on you; and you will be My witnesses in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the ends of the earth." Filled with the Holy Spirit to be witnesses, to reach everyone.

Acts 8:1, 4 “Saul also agreed that Stephen should be killed. (8-1b) At that time a great persecution broke out against the church in Jerusalem. All of them except the apostles were scattered throughout the region of Judea and Samaria. … Those who were scattered went everywhere preaching the word.”

Conclusion: We are PENTECOSTIANS, meaning we are baptized in the Holy Spirit with the initial sign of speaking in tongues, emphasizing tongues and other manifestations of spiritual gifts and meaning we are moved and moved to preach the gospel. Everyone! Harvest Now! (DL)

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah ; manusia melihat apa yang didepan

mata, tetapi TUHAN melihat hati” 1 Samuel 16:7b

PENDAHULUAN Umas, sifat manusia pada umumnya selalu melihat paras yang elok, pekerjaan yang jabatan tinggi, kekayaan dan status sosial yang terhormat. Firman Tuhan katakana bahwa kita harus menjaga hati dengan segala kewaspadaan, sebab disana terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Inilah kesalahan manusia sehingga akan banyak kekecewaan yang diterima saat percaya kepada apa yang dililhat matanya. Oleh sebab itu Umas yang dikasihi Tuhan, marilah kita selalu mengandalkan Tuhan, karena Tuhan selalu melihat hati kita.

ISI Apa saja yang kita persiapkan agar hati kita berkenan kepada Tuhan? 1. Menyimpan Firman Tuhan dalam hati (Ayub 22:22) Firman Tuhan yang dapat mengoreksi hidup kita dalam hati yang dipakai Tuhan untuk mengoreksi kehidupan kita. Biarlah Firman Tuhan bertumbuh dan berakar ; berbuah dalam kehidupan kita, sehingga dengan itu Umas dapat menghasilkan buah yang baik yang sangat menyenangkan hati Tuhan.

2. Menyimpan Perkara Tuhan didalam hati (Lukas 2:19) Umas, dalam hidup ini banyak hal yang akan terjadi dan terkadang kita tidak mengerti, namun mari kita belajar seperti Maria, walau belum mengerti ia selalu menyimpan segala perkara yang Tuhan perbuat dalam hatinya dan merenungkannya. Mungkin dalam hidup banyak kejadian yang belum kita mengerti kenapa harus terjadi, namun percayalah bahwa semua yang terjadi agar hati kita mengenal Tuhan dan percaya kepadaNya. “Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya (Yeremia 24:7).

3. Menyimpan Janji Tuhan (Mazmur 119:11) Selama kita berdoa menaikkan permohonan kepada Tuhan, sebenarnya kita telah mempunyai jaminan bahwa semua perjanjianNya akan diberikan bagi kita. Namun yang menjadi persoalannya, seringkali kita ragu akan janji-janjiNya.

Kita tidak benar-benar menyimpan janjiNya dalam hati kita ; sehingga Umas, saat badai datang kita sudah ketakutan, kuatir, bukannya percaya pada Tuhan. Umas, Tuhan melihat hati, oleh sebab itu biarlah kita selalu menyimpan janji-janjiNya dalam hati kita.

PENUTUP Umas yang dikasihi Tuhan, Tuhan melihat hatimu yang terdalam, sebab dari hati kita memikirkan segala sesuatu, sebab itu tetap periksa hatimu. Tuhan tidak pernah melupakan Umas, bahkan Tuhan akan memilih kita, Umas, untuk menjadi alat ditanganNya, untuk menyatukan kuasa dan kebesaranNya. Tuhan Yesus Memberkati.

“Dan pada ketika itu juga datanglah ia (Hanna) kesitu dan mengucap syukur kepada Allah, dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.” Lukas 2:38

PENDAHULUAN Bulan Desember, umat Kristiani diseluruh dunia memperingati Natal, bahkan kesibukannya sudah terlihat sejak bulan November, hiasan-hiasan tentang NATAL sudah terlihat di mall dan toko-toko dengan lampu-lampu yang gemerlapan yang sangat berkilau-kilau, berbagai persiapan dilakukan untuk membuat hari Natal menjadi indah dan berkesan, dirumah-rumah dan gereja terlihat hiasan warna warni. Nah bagaimana dengan kita? Apa yang wanita-wanita Allah lakukan pada hari Natal ini?

ISI Wanita, hari Natal bukan hanya diperingati sebagai kelahiran Tuhan Yesus didunia saat ini, tetapi mari kita peringati sebagai kelahiran Tuhan Yesus didalam kehidupan kita secara pribadi, mari kita belajar dari seorang nabiah yaitu Hanna. Bagaimana ia menyingkapi kelahiran TUHAN YESUS KRISTUS. 1. Mengucap Syukur (Lukas 2:38) Ketika Hanna menyaksikan peristiwa dibait Allah itu melihat bayi Yesus, Hanna langsung mengucap syukur karena dia tahu kedatangan Yesus memberi kelepasan bagi bangsanya. Sikap ini yang seharusnya ada pada kita. Dalam Natal ini jangan terlalu sibuk dengan berbagai macam kegiatan untuk menyiapkan segala kebutuhan dan acara-acara sehingga tidak sempat keluar ucapan syukur dari mulut kita. Mengapa kita mengucap syukur? a. Karena kedatanganNya membawa keselamatan, memberi kehidupan yang kekal bagi kita. b. KehadiranNya dalam hidup kita memberi kekuatan saat kita mengalami pergumulan dan pencobaan (Filipi 3 : 14). Dialah jalan keluar dan jawaban bagi setiap persoalan dan pergumulan kita, KasihNya yang senantiasa menghibur kita dan memberi kekuatan pada saat kita mengalami pencobaan (2 Timotius 1:7) c. KehadiranNya memberi hidup, bahkan hidup yang berkelimpahan (Yohanes 10:10) yang mejamin setiap orang yang hidup didalam kebenaranNya akan menerima segala berkat bukan dalam jumlah yang biasa-biasa tetapi dalam kelimpahan.

2. Memberitakan tentang Yesus (Lukas 2:38b) Setelah mengucap syukur, Hanna tidak tinggal diam, tetapi ia mulai membicarakan tentang Yesus pada semua orang. Ini penting, Natal itu kabar baik, beritahukan kabar sukacita ini untuk semua orang. Perbuatan nabiah Hanna menjadi teladan. Wanita Allah, ini kesempatan bagi kita untuk menyampaikan kabar baik bagi orang-orang sekeliling kita, karena masih banyak wanita-wanita yang sedang terikat terhadap dosa. Ceritakan kabar baik ini supaya mereka terlepas dari dosa, menjadi milik Kristus (Yohanes 3:16).

PENUTUP Wanita, pada saat Natal ini, mari kita berkomitmen untuk membawa jiwa bagi Tuhan. Kesempatan perayaan Natal ini kita gunakan dengan baik sehingga Natal ini sangat luar biasa sehingga semua orang tahu siapa Yesus.