Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Matius 9:37-38 (TB) Tujuan: Mendidik anak-anak muda untuk memahami pentingnya menjalankan Amanat Agung, memiliki hati untuk jiwa-jiwa, dan berpartisipasi secara aktif dalam pekerjaan Tuhan.

Penjelasan Materi : Guys, yuk kita tangkap hatinya Tuhan dengan memahami pentingnya menjalankan Amanat Agung, memiliki hati untuk jiwa-jiwa, dan berperan dalam pekerjaan Tuhan.

1. Tuaian Sudah Siap, Jangan Tunda Lagi! Yohanes 4:35, Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Banyak orang di sekitar kita haus akan kebenaran, meskipun mereka tidak menyadarinya. Mereka membutuhkan kasih Tuhan yang dapat kamu berikan sekarang, bukan di masa depan. Misalnya memberikan dukungan kepada teman-teman yang mengalami kesulitan, baik di sekolah, kampus, atau di lingkungan kamu. Jangan ragu untuk membagikan Injil, bahkan jika itu sederhana, seperti bersaksi tentang kasih Tuhan dalam hidupmu.

2. Panggilan Itu tugas kita. Matius 28:19-20 mengatakan, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Amanat Agung ditujukan kepada semua orang yang percaya, bukan hanya para pendeta atau pemimpin gereja. Tugas kita adalah menemukan orang lain dan membimbing mereka untuk mengenal Yesus. Mulailah dengan menghubungi teman yang belum mengenal Tuhan dan ajak mereka berbicara tentang imanmu. Kamu juga harus bergabung dalam pelayanan misi, baik di gereja lokal kamu atau komunitas kecil yang peduli pada penginjilan.

3. Tuhan Memberi Kuasa Kisah Para Rasul 1:8 berbunyi, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Roh Kudus memberi kita kekuatan untuk menjadi saksi. Kita tidak sendiri; Tuhan menyertai kita setiap saat. Coba deh, doa secara pribadi setiap hari untuk meminta keberanian dari Roh Kudus. Lalu perbanyak belajar firman Tuhan supaya kamu siap menjawab pertanyaan orang tentang imanmu. Nah guys, Amanat Agung ditujukan kepada setiap anak Tuhan, termasuk kita sendiri. Ingatlah bahwa kamu tidak berjalan sendirian; Tuhan menyertai setiap langkahmu; ladang-Nya sudah siap untuk dituai.

Bahan Diskusi : 1. Apakah ada hal-hal yang sering membuat kamu takut atau ragu untuk membagikan Injil? 2. Siapa satu orang yang kamu pikirkan saat ini yang ingin kamu hubungi? Apa yang harus kamu lakukan segera untuk mendekatinya?

Bahan Bacaan : Kolose 3:1-2 "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."." Penjelasan Materi : Guys, Kehidupan anak muda sering kali terjebak dalam pola pikir duniawi—terus membandingkan diri di media sosial, mengejar validasi dari likes, atau sibuk mencari kesuksesan yang hanya sementara. Tanpa disadari, hal ini membuat banyak orang merasa lelah, kosong, dan kehilangan arah. Namun, Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa hidup yang bermakna tidak ditemukan dalam apa yang dunia tawarkan, tetapi dalam mengarahkan pikiran kita pada perkara yang di atas, di mana Kristus berada. Ketika kita belajar memikirkan perkara surgawi, hidup kita akan dipenuhi dengan damai, tujuan, dan perubahan yang nyata sesuai dengan karakter Kristus.:

1. Fokuskan Pikiran pada Identitas Baru di Dalam Kristus (2 Korintus 5:17) Ketika kita percaya kepada Kristus, kita menerima identitas baru sebagai anak-anak Allah. Pikiran kita perlu diarahkan pada realitas ini. Dunia mungkin mendefinisikan kita berdasarkan kegagalan, status sosial, atau penampilan fisik, tetapi dalam Kristus kita memiliki nilai yang kekal. Sama seperti seorang anak yang diadopsi ke dalam keluarga kerajaan, kita harus mulai berpikir dan hidup seperti bangsawan, bukan lagi seperti orang biasa. Mengubah cara pkitang kita tentang diri sendiri adalah langkah awal untuk hidup sesuai dengan panggilan kita. Untuk itu hindari konsumsi media yang merusak gambaran diri Kita (contoh: media sosial yang menonjolkan stkitar duniawi.

2. Menilai Segala Sesuatu dari Perspektif Kekekalan (Matius 6:33) Mengubah cara berpikir membutuhkan disiplin untuk melihat hidup melalui lensa kekekalan. Hal ini berarti membuat keputusan dan menjalani hidup dengan mempertimbangkan apa yang berharga di mata Tuhan. Sama seperti seorang pemain catur yang selalu berpikir beberapa langkah ke depan, demikian pula kita harus mempertimbangkan dampak kekal dari setiap pilihan yang kita buat hari ini. Contohnya : Dalam setiap keputusan (pekerjaan, hubungan, aktivitas), tanyakan: Apakah ini memuliakan Tuhan? Apakah ini mendekatkan saya kepada tujuan kekal saya?

3. Isi Pikiran dengan Firman Tuhan dan Hal-Hal yang Benar (Filipi 4:8) Apa yang kita pikirkan akan menentukan bagaimana kita bertindak. Pikiran yang dipenuhi Firman Tuhan akan menghasilkan tindakan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita dipanggil untuk menyaring pikiran kita dari hal-hal yang negatif, sia-sia, dan merusak. Pikiran kita seperti sebuah taman. Jika kita menabur benih yang baik (Firman Tuhan), taman itu akan menghasilkan bunga dan buah yang indah. Sebaliknya, jika kita membiarkan benih yang tidak baik (pikiran negatif dan dosa), taman itu akan rusak. Oleh karena itu, mulailah membaca Alkitab secara konsisten, dan mengikuti pendalaman Alkitab untuk tetap disiplin. Gantikan waktu konsumsi hiburan berlebihan dengan mendengarkan khotbah atau lagu rohani yang menguatkan.

Guys, sering kali kita merasa tidak cukup, Firman Tuhan menjadi mercusuar yang menuntun kita pada kehidupan yang berarti. Memikirkan perkara yang di atas bukan berarti mengabaikan realitas hidup, tetapi mengarahkan hati kita pada hal-hal yang kekal dan memampukan kita menjalani hidup dengan penuh integritas, kasih, dan tujuan. Sebagai anak muda, kita dipanggil untuk menjadi terang di dunia ini—hidup dengan nilai-nilai surgawi di tengah budaya yang cenderung memprioritaskan hal-hal fana. Ketika kita memilih untuk fokus pada perkara di atas, kita akan menemukan bahwa hidup kita tidak hanya berubah tetapi juga berdampak bagi orang lain, membawa mereka untuk mengenal Kristus melalui hidup kita! Amin.

Bahan Diskusi: (1) "Apa hal-hal duniawi yang sering mengalihkan fokus kita dari memikirkan perkara yang di atas, dan bagaimana Kita bisa menggantikannya dengan sesuatu yang membawa kita lebih dekat kepada Kristus?" (2) "Dalam keputusan yang kita buat sehari-hari, bagaimana kita memastikan bahwa pilihan kita selaras dengan perspektif kekekalan dan mencerminkan karakter Kristus?" (HE)

Puji Tuhan, kita telah memasuki tahun yang baru, tahun 2025 yang adalah Tahun Penuaian. Haleluya! Ada banyak aspek terkait dengan penuaian yang akan kita alami di tahun ini, namun pada kesempatan ini kita akan berfokus pada satu aspek yakni penuaian jiwa-jiwa. Jika kita berbicara tentang penuaian, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari 3 (tiga) hal berikut:

1. Waktu Penuaian. Kapankah waktunya kita akan menuai? Tuhan Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya saat mereka kembali dari mencari makanan dan Yesus baru saja menjumpai seorang perempuan di Kota Sikhar. Yesus mengatakan, “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Namun Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.” (Yohanes 4:35-36). Pada waktu itu Tuhan Yesus tidak sedang berbicara tentang tuaian gandum secara literal, melainkan tuaian jiwa-jiwa kota Sikhar yang telah mendengarkan kesaksian seorang perempuan Samaria di sumur Yakub. Tuhan Yesus melihat dalam dimensi dan perspektif yang berbeda dari murid-murid-Nya. Demikian juga dengan kita saat ini. Kita harus melihat dari perspektif Tuhan Yesus. Waktu penuaian itu adalah sekarang! Bukan nanti, bukan empat bulan lagi, enam bulan lagi atau satu tahun lagi, tetapi sekarang! Harvest Now!

2. Para Penuai. Siapakah yang akan dipakai Tuhan Yesus sebagai penuai-penuai? Tuhan Yesus menegaskan, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38). Ada sebuah kebutuhan yang mendesak akan para penuai, mengingat tuaian yang begitu besar dan sangat banyak. Kebutuhan akan para penuai itu terpenuhi melalui masing-masing saudara sebagai anggota-anggota COOL yang telah dimuridkan. Anda terpanggil untuk menjadi para penuai. Marilah kita meresponi Tuhan Yesus dengan menyediakan diri kita untuk dapat dipakai-Nya menjadi para penuai. Katakan kepada-Nya: “It’s me Lord!” Bagi Anda yang merasa ‘tidak layak’, merasa minder, dan tidak yakin bahwa Anda dapat melakukannya, ingatlah: Tuhan Yesus tidak mencari mereka yang mampu, melainkan mereka yang mau, yang menjadikan diri mereka available for God. Roh Kudus akan memampukan, menyertai, mengurapi dan membekali dengan kuasa-Nya yang dahsyat.

Sebagian besar dari para rasul adalah orang-orang biasa, namun mereka disertai Tuhan Yesus dengan dahsyat. Kisah Para Rasul 4:13 “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka. Mereka mengenali keduanya sebagai pengikut Yesus.”

Ibrani 2:4 “Allah juga meneguhkan kesaksian mereka dengan tanda-tanda dan mukjizat mukjizat dan dengan berbagai-bagai penyataan kuasa dan pemberian Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”

3. Cara Penuaian Sebagaimana disampaikan oleh Gembala kita, Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, bahwa jalan di depan ini adalah jalan yang belum pernah kita lalui dahulu (Yosua 3:4). Untuk itu kita perlu mengikuti Tuntunan Tuhan. Tuhan memberikan kepada kita pola penuaian melalui doa, pujian, penyembahan bersama sama dalam unity, siang dan malam. Ini adalah prinsip Menara doa. Selain itu kita terus menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus dengan goal 2033. Kita percaya bahwa setiap orang dibawah kolong langit memiliki kesempatan yang sama untuk berjumpa secara otentik dengan Tuhan Yesus melalui kuasa dan kehadiran Roh Kudus. Everyone! Tuhan menuntun kita untuk menjadi murid, memberitakan injil dan memuridkan jiwa-jiwa. Declare and Display. Tahun 2025 adalah Tahun Penuaian. Kita bukan hanya akan melihat tuaian terjadi, namun Tuhan akan memakai kita untuk menjadi para penuai yang berkarakter Kristus dan memberitakan injil. Harvest Now! (DL).

Bahan Bacaan : ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Yeremia 1:5 (TB).

Penjelasan Materi : Guys, Tuhan mau kita mengerjakan panggilan Tuhan dengan berani, jujur, dan berbuah bagi Nya. Ketika air dipanaskan sampai mendidih, maka air itu bergerak sendiri. Demikian juga dengan kita, ketika api Roh Kudus ada dalam diri kita membuat kita berkobar-kobar, yang membuat kita bergerak dalam tujuan Tuhan. Bagaimana caranya?

1. Mengenali Identitas dan Panggilan Tuhan Tuhan memiliki rencana besar untuk hidup kita sebelum kita lahir. Kita diciptakan dengan tujuan tertentu, seperti Yeremia. Luangkan waktu setiap hari untuk berdoa dan membaca Alkitab supaya kita lebih memahami apa yang Tuhan inginkan dari kita. Tuliskan apa yang menjadi passion atau hal-hal yang kamu sukai. Tanyalah kepada Tuhan tentang bagaimana Dia bisa memakai kita untuk memuliakan-Nya.

2. Hidup Berintegritas: Menjadi Terang di Tengah Kegelapan Meskipun ada tantangan di dunia ini, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam. Hidup berintegritas berarti hidup sesuai dengan firman Tuhan meskipun terpaksa mengikuti jalan dunia. Jangan kompromi dengan dosa kecil sekalipun, seperti kebohongan atau pergaulan buruk. Jadilah teladan—baik dalam perkataan maupun tindakan—di sekolah, kampus, atau tempat kerja.

3. Menjawab Panggilan dengan Berani: Menyatakan dan Menunjukkan Tuhan ingin kita menyatakan iman kita dengan keberanian dan menunjukkan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai Generasi Yeremia kita bisa menunjukkan dengan berani siapa Tuhan kita. Jangan takut untuk berbagi Injil dengan teman-teman. Pelajari dari kisah-kisah kecil tentang bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupmu. Berpartisipasi dalam aktivitas pelayanan di gereja atau komunitasmu. Mulailah dengan hal kecil, seperti membantu tim musik atau media sosial gereja. So, untuk membuat kita menjadi terang di dunia, Tuhan tidak hanya memanggil kita, tetapi juga melengkapi kita dengan Roh Kudus.

Bahan Diskusi : 1. Menurut Anda, apa arti "hidup dalam api"? 2. Apa kesulitan yang Anda hadapi saat menjalani kehidupan yang bermoral? 3. Bagaimana kamu bisa menjadi lebih berani untuk mengekspresikan imanmu kepada orang-orang di sekitarmu?

Bahan Bacaan : Matius 5:14-16: "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Penjelasan Materi : Guys, Dalam dunia yang serba cepat dan dipenuhi dengan pengaruh sosial media, banyak anak muda berjuang untuk menemukan identitas dan tujuan hidup yang sejati. Di tengah tekanan untuk terlihat sempurna dan diterima oleh lingkungan, sering kali kita lupa bahwa sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk hidup berbeda— bukan untuk menyesuaikan diri dengan standar dunia, tetapi untuk membawa dampak melalui terang Kristus. Menjadi murid yang berdampak berarti berani declare iman kita tanpa takut dihakimi, dan display karakter Kristus di tengah kehidupan nyata yang sering kali penuh tantangan. Dunia membutuhkan anak muda yang tidak hanya berbicara tentang iman tetapi juga mempraktikkannya secara nyata, baik di layar sosial media maupun dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, bagaimana kita dapat declare dan display iman sehingga membawa dampak yang nyata :

1. Deklarasikan Iman Melalui Perkataan (Roma 10:9-10) Deklarasi iman adalah pernyataan terbuka tentang siapa Tuhan dalam hidup kita. Perkataan kita menjadi alat untuk menyatakan Injil, menunjukkan harapan, dan menegaskan nilai-nilai Kerajaan Allah. Keselamatan tidak hanya internal, tetapi harus diekspresikan secara eksternal sebagai bukti iman sejati. Jadi Jangan malu menyebut nama Yesus dalam percakapan sehari-hari, dan jadikan sosial media sebagai alat untuk menyebarkan kebenaran Firman. Sama seperti seorang duta besar. Dia selalu membawa pesan negaranya kepada dunia. Sebagai murid Kristus, kita adalah duta besar Kerajaan Allah, dan tugas kita adalah membawa pesan Kristus melalui perkataan kita..

2. Tampilkan Karakter Kristus dalam Tindakan (Matius 5:16) Kehidupan yang berdampak adalah kehidupan yang mencerminkan karakter Kristus. Perbuatan baik adalah hasil dari transformasi Roh Kudus dalam diri kita. Kita tidak hanya bertindak untuk moralitas, tetapi sebagai wujud ketaatan pada panggilan Allah. Miliki buah Roh dalam hubungan kita dengan orang lain dan juga melibatkan diri dalam pelayanan sosial atau komunitas yang membutuhkan, juga bangun integritas di tempat kerja, sekolah, atau pergaulan. Sama seperti sebuah lampu tidak berguna jika disembunyikan. Hidup kita seperti lampu; hanya menjadi terang ketika tindakan kita konsisten dengan iman kita.

3. Keteladanan Hidup yang Konsisten (1 Timotius 4:12) Keteladanan adalah panggilan untuk menunjukkan iman yang otentik. Kita dipanggil untuk mencerminkan gambar Allah dengan menjadi model kehidupan Kristus bagi dunia. Terus bangun kedisiplinan rohani (melalui PPW, membaca Alkitab, dan puasa) dan membangun gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kekristenan. Sama seperti seorang pelari maraton yang dikenal melalui disiplin dan konsistensinya, murid Kristus dikenal melalui teladan hidup yang tidak berubah di tengah godaan dunia.

Guys, semua orang berlomba-lomba menunjukkan versi terbaik dari diri mereka di media sosial, dunia membutuhkan anak muda yang berani menunjukkan siapa mereka sebenarnya di dalam Kristus. Kita tidak dipanggil untuk hanya menjadi pengikut tren, tetapi untuk menjadi pengikut Kristus yang berdampak—berani menyatakan iman (declare) dan menunjukkan kasih serta integritas melalui tindakan nyata (display). Hidupmu adalah panggung di mana dunia bisa melihat terang Kristus. Ketika kamu memilih untuk menyatakan imanmu dan hidup dengan keteladanan, bukan hanya nama Tuhan yang dipermuliakan, tetapi kamu juga akan membawa perubahan bagi generasimu. Jadi, mulailah hari ini dengan langkah sederhana untuk menjadi terang dan garam di tempatmu berada. Dunia sedang menantikan terangmu—jangan sembunyikan! Amin.

Bahan Diskusi: (1) "Dalam kehidupan sehari-hari, apakah ada momen di mana kamu merasa ragu atau malu untuk menyatakan imanmu kepada orang lain? Bagaimana kamu bisa lebih berani untuk 'declare' siapa Yesus di lingkunganmu?" (2) "Jika orang lain melihat tindakan dan keputusanmu sehari-hari, apakah mereka akan mengenali karakter Kristus dalam dirimu? Tindakan apa yang perlu kamu perbaiki agar dapat lebih berdampak bagi orang di sekitarmu?" (HE)

Bahan Bacaan : Amsal 10:9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.

Penjelasan Materi : Guys, integritas itu ibarat fondasi buat bangunan iman kita. Tanpa integritas, semua yang kita lakukan bakal goyah. Singkatnya, integritas berarti hidup yang selaras antara perkataan, perbuatan, dan iman kita. Jadi, kalau kita bilang percaya Yesus, hidup kita juga harus menunjukkan kasih, kejujuran, dan ketulusan. Ayat dalam Amsal 10:9 ini menekankan bahwa orang yang hidup dengan integritas punya hidup yang aman. Sementara mereka yang sering berbohong atau berbuat licik, cepat atau lambat, akan kelihatan juga.

Contoh sederhananya begini nih : • Kalau kamu bilang “kamu bisa dipercaya,” ya jangan suka ingkar janji atau ngomong di belakang. • Kalau kamu bilang “suka bantu,” ya jangan pilih-pilih hanya bantu orang yang kamu kenal saja. Intinya, Integritas bikin orang lain percaya sama kita, karena apa yang mereka lihat sama dengan apa yang kita katakan. Dan ini menunjukkan kalau Roh Kudus sungguh sungguh bekerja dalam hidup kita! Di zaman sekarang, gampang banget buat tampil “baik” atau “ramah” di sosial media. Tapi integritas lebih dari sekadar pencitraan. Integritas itu soal karakter kita di balik layar, waktu gak ada yang lihat, dan waktu kita gak perlu jaga image. Integritas itu tentang siapa kita sebenarnya.

Amsal 11:3 Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tulus akan dibimbing oleh karakter yang jujur dan bersih. Di sisi lain, ketidakjujuran akan merusak karakter kita sendiri. Pertanyaannya, Apa kamu tetap jujur meskipun gak ada yang tahu? Apa kamu tetap bersikap baik walaupun orang lain gak selalu memperhatikan? Roh Kudus bukan cuma bantu kita berubah dari luar aja, tapi dari dalam. Integritas lahir dari hubungan yang intim dengan Tuhan. Jadi, jangan cuma fokus tampil baik di luar; tapi biarkan Roh Kudus bentuk karakter yang asli dari dalam.

Guys, kita semua tahu, jaga integritas itu gak gampang, terutama di dunia yang banyak godaan buat kompromi. Dunia sering bilang, “Gak apa-apa bohong dikit, asal gak ketahuan.” Tapi, sebagai anak Tuhan, kita punya standar yang lebih tinggi.

Kolose 3:23-24 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa pun yang kita lakukan, kita melakukannya bukan untuk manusia, tapi untuk Tuhan. Dengan cara ini, kita lebih termotivasi buat menjaga integritas meskipun kadang gak ada yang lihat.

Misalnya: • Kamu diminta untuk jujur dalam ujian atau tugas, bahkan kalau teman-teman lain nyontek. • Kamu menghindari gossip dan gak ikut menyebarkan info tentang orang lain, meskipun menarik buat dibahas. Roh Kudus bantu kita untuk tetap teguh waktu ada di tengah godaan dan tetap kuat meskipun gak ada yang dukung. Jadikan tantangan-tantangan ini sebagai momen latihan buat terus membangun integritas. Makin sering kita jujur dan bertanggung jawab, makin kuat karakter kita.

Bahan Diskusi: 1. Apa contoh sederhana dari integritas yang pernah kalian lakukan, dan gimana perasaan kalian setelah melakukannya? 2. Tantangan apa yang paling sulit kalian hadapi dalam menjaga integritas di sekolah, kampus, atau lingkungan sehari-hari?

Bahan Bacaan : Kis 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Penjelasan Materi : Guys, Kalian mungkin sering dengar tentang “berbahasa roh” atau “speaking in tongues.” Nah, bahasa roh adalah tanda awal kalau seseorang dipenuhi Roh Kudus. Tapi, kenapa sih penting? Karena saat kita berbahasa roh, roh kita yang langsung berkomunikasi dengan Tuhan. Bahkan pada saat bahasa doa kita terbatas, maka dengan berbahasa roh kita tetap bisa berdoa

Coba lihat manfaatnya ketika kita berbahasa roh: 1. Bahasa roh bikin kita lebih peka sama Tuhan. 2. Saat kita gak tahu harus berdoa apa, Roh Kudus bantu kita (Roma 8:26). 3. Ini bikin kita makin berani dan lebih percaya diri dalam iman. Ingat ya guys, sekali lagi nih, berbahasa roh merupakan tanda awal dari kehidupan kita yang dipenuhi Roh Kudus.Jadi kita musti ingat, kalau kita dipenuhi Roh Kudus, hidup kita bakal terlihat beda. Tanda paling jelas adalah buah Roh! Apa itu? Buah Roh adalah sifat atau karakter yang dimunculkan oleh Roh Kudus dalam diri kita, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan sebagainya (Galatia 5:22-23).

Dalam kehidupan sehari-hari begini contohnya: • Kasih: Kalian sayangin orang lain tanpa mengharap balasan. • Sukacita: Meskipun lagi susah, kalian tetap bisa bersyukur dan gak kehilangan senyum. • Kesabaran: Kalian bisa sabar sama orang lain walaupun mereka kadang bikin gregetan. Kalau buah Roh ini keliatan di hidup kita, orang lain juga akan lihat ada sesuatu yang beda. Ini juga bukti kalau Roh Kudus bekerja dalam hati kita!

Bahan Diskusi: 1. Apa arti berbahasa roh buat kalian, dan apakah kalian pernah punya pengalaman pribadi dengan bahasa roh? 2. Dari buah Roh (kasih, sukacita, damai, kesabaran, dll.), mana yang menurut kalian paling sulit, dan gimana cara kalian bisa bertumbuh di area itu?

Bahan Bacaan : Yakobus 3 : 2 "Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.."

Penjelasan Materi : Guys, Perkataan adalah hal yang begitu kuat dan tajam. Alkitab banyak berbicara mengenai kuasa perkataan dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kata-kata kita. Di zaman sekarang, anak muda sangat mudah terjebak dalam berbagai jenis perkataan yang negatif, baik itu gossip, fitnah, ujaran kebencian, atau bahkan sekadar perkataan sembrono yang sebenarnya bisa melukai orang lain. Mari kita akan belajar bagaimana menghindari jerat dari perkataan yang salah dan menjadi berkat melalui kata-kata kita :

1. Sadari Kuasa dari Perkataan (Amsal 18:21) Ayat ini mengajarkan kita, bahwa perkataan diibaratkan memiliki kuasa atas hidup dan mati. Ini menunjukkan bahwa setiap kata yang kita ucapkan membawa dampak yang besar, baik bagi diri kita maupun orang lain. Ketika kita tidak menyadari kuasa dari perkataan kita, kita mudah terbawa dalam godaan untuk berbicara sembarangan, apalagi saat dipicu oleh emosi sesaat. Latih diri untuk berpikir sebelum berbicara. Saat tergoda untuk mengatakan sesuatu yang kurang pantas, tanyakan kepada diri sendiri: "Apakah perkataan ini mendatangkan kehidupan atau kematian?" Dengan begitu, kita bisa melatih kebiasaan berbicara yang membangun. Dan menyadari kuasa dari perkataan adalah bagian dari meneladani sifat Allah, yang menciptakan dunia ini melalui firman-Nya (Kejadian 1:3). Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, kita juga dipanggil untuk menggunakan perkataan kita dengan bijaksana, sebagai cerminan dari kebenaran dan kasih Allah.

2. Hindari Perkataan yang Tidak Membangun (Efesus 4:29) : Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Efesus untuk menggunakan perkataan yang membangun, bukan perkataan kotor atau yang menjatuhkan. Saat ini, sangat mudah untuk terjebak dalam percakapan yang tidak membangun, apalagi di media sosial, di mana banyak orang cenderung melontarkan komentar yang negatif. Perkataan yang membangun adalah wujud kasih dalam tindakan, sesuai dengan ajaran Yesus untuk mengasihi sesama. Menggunakan perkataan yang positif berarti kita menebar kasih karunia kepada orang lain dan menjadi alat Tuhan untuk membawa penghiburan, kekuatan, dan inspirasi. Dan satu hal harus kita sadari, Perkataan adalah seperti tanaman. Jika kita menanam benih yang baik, tanaman itu akan tumbuh dan memberi manfaat. Namun, jika kita menabur benih yang buruk, hanya duri yang akan tumbuh. Perkataan kita akan menentukan buah yang kita hasilkan dalam kehidupan orang lain.

3. Kendalikan Emosi Sebelum Berbicara (Yakobus 1:19) : Yakobus menekankan pentingnya mengendalikan emosi, terutama kemarahan, sebelum kita berbicara. Sering kali, perkataan yang salah keluar karena kita terbawa emosi tanpa berpikir panjang. Anak muda perlu belajar untuk menahan diri dan meredam amarah, agar perkataan yang keluar dapat menjadi berkat, bukan kutuk. Mengendalikan emosi adalah tanda pertumbuhan rohani. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menahan diri (Galatia 5:22-23). Dengan mengendalikan diri, kita menunjukkan buah roh dalam hidup kita dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Bayangkan emosi kita seperti api yang dapat membakar hutan dalam sekejap. Perkataan yang keluar saat kita emosi seperti percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran besar. Namun, jika kita mengendalikan api itu, maka kita dapat menggunakannya untuk hal-hal yang baik, seperti memberi kehangatan dan penerangan.

Guys, Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang besar, dan sebagai anak muda yang ingin menjadi berkat, kita harus bijak dalam berbicara. Jangan sampai perkataan kita menjadi jerat yang menjerumuskan kita atau orang lain ke dalam dosa. Melalui pelajaran saat ini, kita bisa menjaga hati dan lidah kita sesuai dengan ajaran Kristus, menjadikan perkataan kita sebagai alat kasih dan berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Amin.

Bahan Diskusi: (1) Apakah ada situasi atau kebiasaan dalam hidup saya di mana saya cenderung mengucapkan kata-kata yang negatif atau kurang membangun? Bagaimana saya bisa mulai mengubah kebiasaan ini agar perkataan saya menjadi berkat bagi orang lain? (2) Ketika saya merasa marah atau kecewa, apa yang biasanya saya lakukan sebelum berbicara? Langkah langkah apa yang bisa saya ambil untuk memastikan bahwa perkataan saya tetap penuh kasih, bahkan saat emosi saya sedang memuncak? (HE)

We should thank God for bringing us into 2025: the Year of the Harvest. God promises that 2025 will be an extraordinary year, but we also need to do our part to receive everything good from Him. Just as the Bible records Jesus experiencing significant growth in spiritual and mental health, so too should we grow increasingly healthy spiritually and mentally. No one said that 2025 would be an easy year, but with faith we believe this year will be a year full of testimony. Amen!

We will learn from Jesus how we can continue to grow, become healthier spiritually and mentally in this new year. The challenge these days is that there is a decline in mental health everywhere. In Indonesia, 9.8% of the population experiences mental disorders and 6.6% experiences depression. We are also seeing an increase in the phenomenon of bullying and even suicide, all of which are clear signs of mental disorders. These are difficult times for many people. Jesus lived in one of the most difficult times in human history: the occupation of the Roman Empire, but He was still able to grow, remaining spiritually and mentally healthy.

Luke 2:40 (NIV), “The child grew and became strong, filled with wisdom, and the grace of God was upon him.” Luke 2:52 (NIV), “Jesus grew in wisdom and stature, and in favor with God and men.”

From the text we read, we see how Jesus was able to continue to grow healthily spiritually and mentally: 1. The family remained faithful in worshiping God (verses 39-42). One thing we may rarely notice is that Joseph and Mary were diligent and faithful in worshiping God. Luke chapter 2 shows this. This family was diligent in worship in Jerusalem and they always went there from year to year which shows that worshiping together was important to them (note verses 41-42). Jesus grew in Joseph and Mary's love for God, which was manifested in faithfulness and discipline in worship . It is unfortunate that currently, many Christian families do not emphasize to their children the importance of Sunday worship and community ('COOL'). Many parents compromise by allowing their children to miss worship for reasons that should be and can be overcome, for example: sleepy, about to take an exam, feeling lazy etc. Every compromise not to worship that parents give to their children for certain reasons will be a message to the younger generation that

God can be put aside. Many people give the excuse that Monday is an exam, then there is no need to go to church on Sunday or COOL on other days. It seems like a reasonable reason, but the message behind it is that Jesus can be put aside for other things. Studying and passing exams are very necessary and must happen, but precisely because of that, it is necessary to worship God so that He guides during the test; so that He strengthens and gives strength when there is mental pressure facing the test, so that He gives spirit to face the mental pressure of the test. This is just one example. You can include other related examples. with pressure and demands, but the first step towards a solution to resolve these pressures and demands is to first worship the Lord Jesus. Parents, do you want to see your children grow up spiritually and mentally? Invite and discipline your children to faithfully worship God. Likewise with yourself, worship together with your family.

2. Live in family and brotherhood who is safe and trustworthy (verses 43-44). The story of Jesus who seemed to be “left behind” in Jerusalem is a unique part of the text we read. Some might say that Joseph and Mary were negligent in caring for their child. But that is not the case. which Luke, the author of this gospel, wants to highlight. Since chapter 1, Luke shows that Jesus was always in and surrounded by a safe and trusted community. Jesus had a father and mother who loved Him so much since He was in the womb, Jesus had uncles and aunts who loved Him, even when Jesus was born He was surrounded by a community of shepherds, angels and Magi. Jesus was presented in the Temple also surrounded by a community of prophetesses. In the story of the text we read, Jesus had family and acquaintances who loved Him so much that Joseph and Mary were not worried if Jesus seemed to “disappear” for a few days because surely He was always among people they could trust and be safe with. When they found Jesus , He is also among the community of religious teachers.

One of the causes of mental stress, depression and stress is the absence of a community or being in a toxic community. Bad company and disharmonious families are often the main triggers for mental health disorders. It is important for us to maintain our family's mental health in the way we have discussed in the first point. It is also important for us to choose healthy friendships and associations. Community-of-Love (COOL) is the right answer. Our family and COOL are indeed not perfect, but in the love of Christ we are all increasingly mature and perfected so that we become more and more like Him. Our family and COOL may not be perfect, but because of the love of Christ and the protection of the Holy Spirit, it is clear that they are not toxic. Make our family and COOL a safe and trustworthy community for us and our children to grow, live, and mature.

3. Become wiser because of the teaching of the word and the presence of God (verses 46, 49). We can grow spiritually and mentally healthy also because of the teaching of the word and the presence of God. This is what Jesus did and also what His parents did. His favorite people are those who live according to the teachings, commandments and warnings of God, and who always seek (get close to) God, will grow healthier spiritually and mentally.

The psalmist wrote in Psalm 119:1-3 (NKJV), “Blessed are those whose ways are blameless, who walk according to the law of the LORD. Blessed are those who keep His testimonies, who seek Him with all their heart. They do not do evil, but walk according to His ways.” Learning from Jesus’ interaction with the religious teachers in the Temple, where He and they talked and asked each other questions, so should it be in our lives. Don’t stop just worshiping together with family and community, but also live in good family and brotherhood, and discuss the word of God. Take time to share views on the word of God, share testimonies with each other, ask each other questions and discuss the word of God, in the family and in COOL. Simple things can be done such as after finishing Sunday worship, take time to discuss the word that has been delivered in public worship or Sunday school. The same thing is certainly done in COOL where the word is not delivered one way, but discussed. In the guidance of the power of the Holy Spirit, the truth of the word will bring wisdom and mental health for us to grow up. Let's enter this new year with a determination to grow up spiritually and mentally, by following the example that Jesus has shown. Amen. (CS)

Isaiah 60:1 “Arise, be light, for your light comes, and the glory of the LORD rises upon you.” Introduction: Christmas is a celebration of the arrival of Jesus, the Light of the World, into a dark world. His presence brings hope, renewal, and a call for His people to live as light. In the celebration of Christmas 2024, the Year to Rise to Light, God's people are called to rise from the darkness of sin and shine the light of Christ in the world. How do we interpret this at Christmas?

1. We must rise with the Power of the Holy Spirit “For behold, darkness covers the earth, and gloom covers the nations; but the light of the LORD rose upon you, and his glory became manifest over you.” (Isaiah 60:2) The world is full of the darkness of sin, chaos, and uncertainty, but Christmas reminds us that the Lord Jesus came as light to bring us freedom from that darkness. We are called to rise from our old life and receive a new life in Christ. To rise means to leave behind old habits and live in obedience to Christ. The power of the Holy Spirit enables us to rise from sin. Through the baptism of the Holy Spirit, we are empowered to live in victory and holiness. If there are still COOL members who are bound by sin, Christmas is a moment to repent and rise.

2. We must radiate the Light of God's Glory Nations will flock to your light, and kings to your brightness. (Isaiah 60:3) The light of Christ is not only for us to enjoy ourselves, but must be radiated to the world. We are a reflection of God's glory for others. When Christ lives in us, our lives become His witnesses.

Be a light in our environment: through love, words, and actions that glorify God. With the power of the Holy Spirit, we can radiate the light of Christ through service, prayer, and the manifestation of the gifts of the Spirit that have a real impact on the lives of others. Have the courage to testify about Jesus, especially during Christmas, when many people open their hearts to hear about Him.

3. Bringing nations and kings to the Light “Nations will flock to your light, and kings to your brightness. (Isaiah 60:3) Christmas is the beginning of Jesus' mission to save the world. As His people, we are called to continue that mission by bringing the light of Christ to the nations. The spirit of the mission of Pentecostals is to bring the light of Christ to the whole world. The Holy Spirit gives us the power to be His witnesses to the ends of the earth (Acts 1:8). The world is waiting for true light, and that light is in Jesus who lives through us. Support local and global evangelistic missions through prayer, financial support, or direct involvement and be a light to those around you who don't yet know Christ.

Closing: Christmas is not just about celebration, but also a call to rise to the light. The Christmas celebration in the Year to Rise to Be Light, teaches us to: Rise with the power of the Holy Spirit; shining the light of God's glory and bringing nations and kings to light. Amen (DL)

“Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka” Mazmur 25 : 14

PENDAHULUAN Hari-hari ini kita Umas sedang mengarah pada kehidupan yang lebih meningkat, bukan hanya percaya mengenal Tuhan tetapi sekarang Tuhan mau kita hidup bergaul karib dengan Tuhan, menjalin hubungan yang lebih lagi. Pola hidup kitapun berubah, cara bicara, cara menyaksi suatu persoalan pun harus berbeda. Bergaul karib dengan Tuhan kita harus lebih mengenalNya, tahu yang disukaiNya, bahkan semakin mengerti dan tanggap apa yang Tuhan mau.

ISI Ada beberapa cara Umas untuk mendapat jawaban Tuhan.

1. Mata yang tertuju pada Tuhan (Mazmur 25:15) Apapun yang kita alami tetaplah mata kita tertuju pada Tuhan. Pertolongan hanya datang dari pada Tuhan, Dia yang sanggup melakukan, sebab Allah yang maha dahsyat, mazmur 16:8 “Aku senantiasa memandang kepadaTUHAN ; karena Ia berdiri disebelah kananku, aku tidak goyah”.

2. Hidup yang bergantung kepada Tuhan (Mazmur 15:16-17) Kita harus sadar, hidup ini adalah Anugerah, kita tidak boleh berbuat sesuatu hanya karena kehendak kita sendiri, melainkan kita harus bertanya pada Tuhan, jangan Umas bergantung dengan kekuatan diri kita sendiri (Yeremia 17:5-6).

3. Mengakui dosa-dosa (Mazmur 25:18) Dosa merupakan penghambat berkat Tuhan. Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar ; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu dan yang membuat Dia menyembuhkan diri terhadap kamu sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Mari Umas, koreksi diri kita : - Dosa tidak memberi perpuluhan (Maleakhi 3:10) - Dosa yang mengikat diri sendiri (Galatia 5:19-21) - Dosa lidah (Yakobus 3:5-8)

4. Hati yang tulus dan jujur (Mazmur 25:21) Kehidupan Umas terlihat dari hati. Apabila hati ini tululs dan jujur, maka apapun yang kita kerjakan, hati tetap bersukacita dan kita dapat bertahan dalam menantikan Tuhan, mazmur 73:1 “Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya”.

PENUTUP Umas, dimasa tua, kita harus mempersiapkan diri untuk bergaul karib dengan Tuhan, agar kita tetap terpelihar sampai Tuhan memanggil kita kepangkuanNya, kerumah Bapa di sorga.

Maka berkatalah isterinya kepadanya : “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!”. Ayub 2:9

PENDAHULUAN Wanita Allah, orang yang sungguh-sungguh hidupnya beriman kepada Tuhan dapat terlihat dari bagaimana reaksinya ketika yang buruk terjadi didalam dirinya dan didalam keluarganya. Perkataan-perkataan apa yang kita keluarkan bila usaha suami sedang bangkrut atau suami sakit-sakitan sehingga keuangan habis untuk pengobatan, bahkan disaat anak-anak memberontak dan menjadi nakal sehingga tidak terkendali, apakah perkataan yang keluar dari mulut kita? Isteri Ayub menghadapi masalah disaat semua harta benda dan anak-anak meninggal, seketika itu juga dan harta benda ludes. Dari orang terkaya menjadi orang termiskin. Masalah yang dihadapinya sangat berat sehingga hal itu membuat hati isteri Ayub menjadi pahit sehingga lupa suami dan juga kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata : Tetapi jawab Ayub, Engkau berbicara seperti perempuan gila, apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

ISI Apa yang kita lakukan ketika keadaan memburuk? 1. Berseru kepada Tuhan (Mazmur 50:15) Reaksi yang benar ketika masalah datang, berdoa minta Tuhan memberi kekuatan, sebab Tuhan selalu perduli dengan orang yang memanggil namaNya, dengan hancur hati dan tanganNya tidak pernah terlambat untuk menolong. Wanita ada telepon langsung ke sorga, Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui”.

2. Melakukan Firman Tuhan dengan tepat (1 Petrus 3:1) Tunduk kepada suami bukanlah pilihan, tetapi adalah perintah Tuhan untuk mendapatkan hidup yang berkemenangan. Tunduk dalam segala sesuatu dan bersukacitalah pada saat melakukannya, supaya kuasa Allah turun dalam keluarga. Jangan pernah keluar perkataan mendikte atau membantah suami, agar suami dapat tenang dan bijaksana mengambil keputusan, sehingga doa-doa suami tidak terhalang.

3. Perkataan yang benar (Yakobus 3:2-6) Perhatikan saat kita berbicara, jangan suka menambah dan mengurangi. Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang yang sempurna, Matius 12:35. Orang yang bijak mengeluarkan hal-hal yang baik dari pembendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.

PENUTUP Wanita Allah, orang mengenal engkau dari perkataan. Hati-hati dengan perkataanmu, jangan berbicara mengeluarkan kata-kata sembarangan. Hati-hati juga dengan sosmedmu, pakailah berita-berita yang baik yang membangun, tanganmu perlu kau koreksi, kabar-kabar hoax jangan beritakan. Setiap perkataan, ucapan harus diperhatikan (Matius 12:36-37).